Langsung ke konten utama

Asbabun Nuzul

Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa turunnya ayat, baik sebelum maupun sesudah turunnya, dimana kandungannya berkaitan dengan peristiwa itu. Asbabun Nuzul bisa berbentuk kejadian tertentu ataupun  pertanyaan yang diajukan. Bila ada suatu peristiwa yang terjadi di masa kerasulan, yang kandungan ayatnya dapat menjelaskan hukumnya atau ayat itu termasuk tuntunan menyangkut peristiwa itu, maka itu disebut Asbabun Nuzul.
Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Asbabun Nuzul haruslah berdasarkan pada riwayat yang shahih dan tidak ada peranan akal dalam menetapkannya. Peranan akal di sini hanyalah ada ketika men-tarjih riwayat-riwayat yang ada.
Dalam pembahasan Asbabun Nuzul muncul masalah meliputi: 1) Tingkat keshahihan riwayat. 2) Menentukan benarkah berita atau cerita Asbabun Nuzul itu.
Dari kalangan orientalis mengatakan bahwa riwayat yang diyakini sebagai Asbabun Nuzul itu bukanlah fakta historis ayat tersebut, karena muncul dari 250 tahun setelah Al-Qur’an dibukukan. Apakah cerita itu hanya dimasukkan saja untuk pemudah dalam memahami ayat Al-Qur’an atau yang lainnya, ataupun dipasangkan sebagai Asbabun Nuzul hanya untuk menafsirkannya. 
Ulama berbeda pendapat dalam memahami Asbabun Nuzul dari ayat-ayat Al-Qur’an. Ulama golongan pertama menyatakan bahwa: 1) Ayat yang turun memang sebagai petunjuk bagi manusia dan tidak membutuhkan sebab-sebab turunnya. 2) Sebagai respon dari peristiwa, pertanyaan ataupun perkataan.
Pendapat ulama kelompok kedua menyatakan bahwa setiap ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul. Menurut mereka, masing-masing konteks yang melingkupi selama 22 tahun turunnya Al-Qur’an adalah Asbabun Nuzul.
Menurut Hasan Hanafi, Asbabun Nuzul ada 2 macam: 1) Asbabun Nuzul Khash, yakni peristiwa khusus yang memang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an. 2) Asbabun Nuzul Am, yaitu konteks atau situasi selama Al-Qur’an turun.
Asbabun Nuzul bisa dijumpai dalam berbagai sumber yang berbeda-beda, di antaranya adalah: 1) Literatur hadits, bab tafsir dan lainnya. 2) Tafsir Al-Qur’an (terutama dengan sumber bil ma’tsur). 3) Literatur sejarah. 4) Literatur khusus yang terkait Asbabun Nuzul.
Dalam konteks pemahaman makna ayat-ayat dikenal luas kaidah yang menyatakan: Al-Ibrah bi umum al-lafd la bi khushush al-sabab. Maksudnya adalah, patokan dalam memahami makna ayat adalah lafazhnya yang bersifat umum, bukan sebabnya.
Kaidah ini menjadikan ayat tidak terbatas berlaku terhadap pelaku, tetapi terhadap siapapun selama redaksi yang digunakan ayat bersifat umum. Yang dimaksud dengan Khusus as-Sabab adalah pelaku saja, sedangkan yang dimaksud dengan ‘redaksinya yang bersifat umum’ harus dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi, bukannya terlepas dari peristiwanya.
Sementara ulama masa lampau tidak menerima kaidah tersebut. Mereka menyatakan bahwa: Al-Ibrah bi khushush al-sabab la bi umum al-lafd.
Kaidah terakhir ini menjelaskan bahwa pemahaman ayat adalah berdasar “sebabnya” bukan redaksinya, kendati redaksinya bersifat umum. Sementara ulama berkata bahwa kendati kedua rumusan di atas bertolak belakang, tetapi hasilnya akan sama, karena hukum perampokan yang dilakukan selain mereka dapat ditarik dengan menganalogikan kasus baru dengan kasusu turunnya ayat di atas. (Lia Solikhatul Amalia)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al-Khitabat dan Asbabun Nuzul

A.         Makna Al-Khitobah Makna al-Khitobah adalah الخطا بة , الكلا م الذ ي يقصد به الافها م و الموجه لمن له امل للفهم   “Ucapan yang dipahami dimaksudkan untuk orang-orang yang akan memahami ucapan tersebut”. Dalam pemahaman Filsafat Al-Khitobah dikenal dengan nama Diskursus, jika dalam Bahasa Indonesia adalah Wacana. Pengguna al-Khitob tetap digunakan dengan makna asli pemilik kalam, disebut dengan Mukhotib atau Pemilik kalam (Allah SWT). Khitob dalam al-Qur’an terbagi menjadi dua yaitu Khitob ‘Am dan Khitob Khos : + Khitob ‘Am, Khitob yang sifatnya umum, ditujukan pada orang-orang yang beriman dan tidak beriman. Tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. +   Khitob Khos, Khitob yang sifatnya khusus, ditujukan pada kelompok tertentu. Diantaranya : Allah, Nabi, Rasul, Ahlu Kitab (Yahudi dan Nasrani).     Didalam al-Qur’an yang perlu dipahami ada 3 aspek, diantaranya : +   اصلا ح العقا ءد   ...

Bahasa Arab Al-Qur'an

Materi yang disampaikan oleh Dr. Muhammad Arifin, MA adalah materi Bahasa Arab, tidak seperti materi bahasa arab pada umumnya, akan tetapi beliau menjelaskan materi tentang bahasa arab yang kemudian dikaitkan dengan Al-Qur’an, dalam hal ini bliau menjelaskan sebuah kaidah bahasa Arab, bahwa sebuah sinonim didalam bahasa arab khususnya didalam Al-Qur’an, ketika disebutkan di ayat yang lain maka maknanya akan berbeda, seperti menatap, memandang, memperhatikan dan sebagainya. Didalam Al-Qur'an, Allah SWT menggunakan banyak sekali kata-kata yang berbeda dengan maksud dan tujuan yang berbeda pula, akantetapi artinya sama. Seperti kata buah-buahan, didalam   Al-Qur'an, pertama didalam surat Al-Baqoroh ayat 22 Allah SWT menggunakan  kata "Tsamarot" yang artinya buah-buahan dan pada surat Yasin ayat 36 Allah SWT menggunakan kata "Fakihah" yang artinya buah-buahan pula. Dalam hal ini, maksud buah-buahan pada surat A l B aqoroh dan surat Y asin tentu berbeda. Pe...

Tafsir Ayat 4 Surah al-Qalam

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ   “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. A.        Kajian Makna Kata لَعَلَىٰ / la ala merupakan frase yang tersusun dari dua kata, yaitu lam dan ala, yang kemudian dapat berarti benar-benar atas. Hal yang sangat urgen dalam frase ini adalah kata lam yang—dalam gramatikal bahasa Arab disebut lam tawkid— berfungsi memperkuat informasi. Bahwasanya Nabi Muhammad saw merupakan sosok utusan Allah yang kepribadiannya dihias dengan budi pekerti yang baik/mulia. Kata خُلُقٍ / khuluq merupakan kata yang terambil dari kata khalaqa yang bermakna menciptakan (created). Kata khuluq sendiri seringkali diterjemahkan dengan a moral (budi pekerti). Khuluq/budi pekerti, bagi sebagian pakar, seringkali dikaitkan dengan kata khaliq/pencipta dan makhluq/yang diciptakan. Tiga kata ini terambil dari kata yang sama, yaitu khalaqa, sehingga kesamaan ini tiga kata ini memiliki keterkaitan makna. Bahwasanya,...